Catatanku...

28 July 2008


Wisata Waduk Cengklik (WWC)


Hari Selasa (13 Mei) saya di undang oleh PC IMM Surakarta untuk menjadi “narasumber” mengenai beberapa mekanisme dan persoalan organisasi. Cukup dadak sebenarnya karena saya baru diundang pada malam harinya (malam selasa) tapi apa boleh buat maka pagi-pagi sekali saya siapkan beberapa hal yang diperlu, sampai-sampai habis subuh harus browsing di warnet dulu cari bahan yang di perlukan seperti SK PP Muhammadiyah tentang beberapa hal (belum punya).

Di rasa perlengkapan sudah siap dan cukup (maklum memang ada rencana menginap) maka saya pun berangkat menuju Surakarta, jam menunjukkan sekitar 10.00 WIB. Tidak seperti biasanya kali ini bus datang tepat saat saya sampai di peterongan, gak pakai lama saya pun naik. Tapi merasa aneh ketika sampai di dalam bus, tidak ada penumpang sama sekali jadi saya penumpang pertama pikirku. Di perjalanan bus mulai mendapat penumpang meski begitu tak banyak memang masih bisa di hitung dengan hitungan jari. Perasaanku gak enak, apa dia (supir) gak rugi hanya mendapat penumpang segini (pikirku) maklum karena sudah masuk Kab. Boyolali, ternyata dugaanku benar rombongan bus kami di “oper” ke bus lain. “Ah, menyebalkan” gerutuku. Tapi mau gimana lagi, tambah malas karena di bus yang lain ini sudah penuh tapi alhamdulillah masih ada tempat 2 duduk yang kosong setelah di tunjukkan kundektur.

Akhirnya sampai di Surakarta, menuju tempat acara di Gedung Dakwah Muhammadiyah Surakarta (Jl. Teuku Umar no. 5), acara dimulai bada ashar sampai isya’. Habis isya’ teman2 Pimpinan Cabang masih melanjutkan dengan pleno mengundang teman Komisariat, maklum mau Musyawarah Cabang. Sedangkan saya pamit sekaligus mau ada agenda lain yaitu melihat ”book fair” diajak IMMawati Henis dan IMMawati Doni. Maklum karena malam itu malam terakhir jadi sangat pantas jika ramai. Akhirnya setelah tengak-tengok kanan-kiri di berbagai stand pulang mendapat tiga buku lumayan harganya lima ribuan. Sudah cukup malam saya putuskan istirahat di kost kakak yang tak jauh dari kampus UMS.

Paginya (rabu pagi) baru sekitar jam 05.45 WIB ada SMS masuk dari IMMawati henis dan Doni isinya ngajak jalan-jalan pagi, karena memang mau pulang rada siang tak ada salahnya pikirku, kami pun berangkat. Tak tahu mau kemana saya pun tinggal ngikut aja. Bersepeda motor melewati bentang alam yang indah di kanan-kiri dan merasakan sejuknya udara sangat menyenangkan memang. Suasana yang selalu kuidamkan, hidup terasa tenang dan damai. Setelah menikmati perjalanan yang cukup lumayan akhirnya kami sampai di Waduk Cengklik. Aneh dan baru mendengar waduk ini pertama yang terlintas dalam pikiranku.Tapi memang sayanya saja yang belum tahu. Sempat saya kira waduk ini buatan pemerintah Orde Baru sehingga sempat terlontar “Berapa penduduk yang harus bedol desa hanya untuk membangun ini?”, Maklum berkaca pada kasus Waduk Kedungombo yang secara administrasi meliputi tiga kecamatan dari dua kabupaten mengharuskan warganya untuk bedol desa secara paksa gaya pemerintahan Orde baru waktu itu. Masyarakat semua desa diikutkan program transmigrasi dalam upayanya pemerataan penduduk oleh pemerintah. Berikut ini adalah sedikit informasi mengenai waduk Cengklik sebagai berikut:

Waduk Cengklik adalah salah satu obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Boyolali. Terletak secara administrasi di Desa Ngargorejo & Sobokerto Kec. Ngemplak Obyek wisata ini terletak di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak ± 20 km, kearah timur laut Kota Boyolali, waduk dengan luas genangan 300 ha ini dibangun pada jaman kolonial Belanda, tujuannya untuk mengairi lahan sawah seluas 1.578 ha di sekitar Kab. Boyolali pada saat ini banyak masyarakat sekitar yang memanfaatkan untuk budidaya ikan lewat keramba dan salah satu tempat favorit pemancingan, bisa juga untuk latihan sky air. Letaknya sangat strategis, berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo, Asrama Haji Donohudan, Monumen POPDA, dan Lapangan Golf. Fasilitas: Wisata Air/ Water Resort, Pemancingan/ Fishing Area, Rumah Makan Lesehan/ Floating Restaurant. Dengan potensi yang dimiliki itu maka perlu kiranya pemerintah Kab. Boyolali menggarap serius obyek wisata ini, sehingga permasalahan seperti adanya pendangkalan (sedimentasi) yang cukup besar dan minimnya sarana dan prasarana di sekitar obyek wisata bisa di atasi atau di minimalisir, bahkan jika perlu diadakan atraksi yang variatif sehingga obyek wisata ini lebih menarik dan dikunjungi pengunjung.

Setelah cukup puas melihat dan tak lupa mengabadikan diri (foto:narsis) pada sudut-sudut waduk kami pun pulang karena matahari semakin tinggi. Dan menutup perjalanan pagi itu dengan mencicipi kuliner berupa soto kerbau dan teh hangat di pinggir sawah, sangat nikmat rasanya. Semoga terulang dengan kondisi yang berbeda. Billahifiisabilhaq Fastabikhulkhairat. wasalam.

Memorial lepas,
14 Mei ‘08


Baca selanjutnya...

15 March 2008



SELAMAT MILAD IMM ku...


Dakwah ini (IMM) adalah jalan panjang...

Keberhasilan kan diraih jika :
Disusun oleh orang-orang yang Cerdas
Dirawat oleh orang-orang yang Ikhlas
Diperjuangkan oleh orang-orang yang Pemberani
dan Dipertahankan oleh orang-orang yang selalu Istiqomah

Met MILAD ke 44...
Fastabiqul Khairat
Abadi Perjuangan


Baca selanjutnya...

13 November 2007


Mencermati Alih Teknologi Negara Maju terhadap Negara Berkembang*


Isu sensitif yang sering digunakan negara maju untuk menekan negara berkembang adalah hak asasi manusia, masalah lingkungan dan dumping harga. Tanpa menyepelekan masalah tersebut, bagaimana pun kita harus tetap waspada terhadap maksud-maksud tidak baik yang mengiringinya.

Konsep pembangunan mempunyai dua arti. Pertama, mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan dan kedua, pembangunan bersklala menyeluruh (global). Artinya pembangunan tidak bisa dilihat dari kepentingan saat sekarang saja tapi harus pula menjangkau masa depan juga. Disamping itu pembangunan harus memperhatikan kondisi bangsa dan negara lain, karena pada dasarnya masyarakat di dunia saling mempengaruhi. Kedua hal diatas mengisyaratkan semakin pentingnya aspek lingkungan dalam pembangunan suatu bangsa.

Kesadaran ini yang mendorong negara maju untuk mengembangkan clean industry, industri yang bersahabat dengan lingkungan. Negara-negara seperti Amerika Serikat, jepang, jerman dan negara Uni Eropa lainnya berlomba-lomba menjadi sebagai negara yang “bersih” dalam pembangunannya. Pada dasarnya, ada tiga kebijakan pokok yang ditempuh negara-negara maju tersebut dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Pertama, adalah penetapan undang-undang tentang lingkungan yang disertai dengan hukuman atau sanksi tegas. Menurunnya kualitas lingkungan akibat polusi air, tanah dan udara tidak hanya menyebabkan degradasi ekologi dan menjadikan tidak sedap dipandang, tetapi sudah sampai menyebabkan bencana bagi manusia. Banyak penyakit baru yang muncul akibat polusi, seperti halnya kasus minamata (pada zamannya) dan pestisida DDT menyebabkan punahnya beberapa satwa dan juga penyakit tertentu di masyarakat dan masih banyak kasus yang lain. Dari situlah negara maju menetapkan undang-undang lingkungan yang disertai dengan sanksi yang tegas bagi para pelanggarnya. Dan hal ini membawa pengaruh yang positif dalam pengelolaan limbah di negara maju yang bersangkutan.

Kebijakan yang kedua adalah peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan dalam menjaga kualitas lingkungan hidup. Himbauan kepada masyarakat untuk menggunakan barang-barang yang bersahabat dengan lingkungan, pendidikan masalah lingkungan dimulai sejak dini (kanak-kanak) melalui sekolah dan keluarga adalah beberapa contohnya. Sementara itu, munculnya dan mulai diakuinya lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti Greenpeace dan organisasi-organisasi yang konsen dengan masalah lingkungan.

Kebijakan ketiga, adalah mengembangkan konsep ekoteknologi (ecotechnology), teknologi yang berwawasan lingkungan dan bebas limbah. Masih ingat ketika negara-negara maju “membersihkan” penggunaan senyawa CFC (Chloroflourocarbon) yang menjadi penyebab berlubangnya lapisan ozon, sehingga negara-negara sepakat pada pertemuan yang bertempat di montreal tahun 2000 sebagai batas waktu dihapuskannya produksi CFC. Dan memacu negara-negara maju untuk mengembangkan dan menciptakan senyawa pengganti.

Di Jepang, perusahaan Asahi Glass berhasil membuat bahan pengganti CFC-13 dengan HCFC-225a (hidro-chloroflouro-carbon), yang juga berfungsi sebagai pelarut tetapi tidak merusak ozon. Perusahaan Daikin, suskses menemukan alternatif CFC-13 dengan susbsitusi senyawa beralkohol. Sedangkan perusahaan Showa Denko memperkenalkan senyawa HFC-113a atau hidroflourocarbon sebagai pengganti CFC-12. Sedangkan di Belanda, dimana kesadaran lingkungan sudah cukup tinggi, pemerintahnya menarget dalam jangka dua tahun mendaur ulang semua CFC di semua lemari es dan pendingin di seluruh dunia. Bahkan tahun 1992, di Enidhoven telah dibangun pabrik yang mampu memproses 70.000 lemari es pertahun, atau sekitar 10% dari semua lemari es yang dibuang. Dan di Jerman, pabrik semacam itu sudah dibangun beberapa tahun sebelumnya maklum Jerman memang paling unggul di dunia dalam teknologi daur ulang dan pemrosesan kembali senyawa CFC.

Dalam pengembangan ekoteknologi di negara-negara juga diarahkan pada pembuatan barang-barang yang berkarakter biodegradasi, terutama untuk menggantikan bahan plastik yang selama ini mencermari lingkungan karena sukar untuk didegradasi oleh alam. Selain itu, ekoteknologi juga diarahkan pada ke barang-barang elektronik lainnya. Seperti perusahaan Hattori Seiko di Jepang memproduksi arloji elektronik antribaterai, yang mengubah energi gerak menjadi daya kerja listrik.

Alih Tehnologi
Semenjak awal tahun 90-an negara-negara maju sangat agresif dan semangat untuk mengembangkan clean industry, mungkin kita bertanya: “Apakah upaya mereka benar-benar hanya didasari niat mulia untuk menyelamatkan bumi dari krisi lingkungan tanpa maksud yang lain?”. Tentu saja tidak. Ada motif lain yang tak kalah kuat yaitu motif ekonomi. Ada dua fenomena yang akan dipaparkan disini, menunjukkan kepentingan-kepentingan terselubung di negara maju disekitar masalah lingkungan.

Pertama, pada pertemuan KTT bumi tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brasil negara-negara maju sangat terlihat keengganannya untuk alih teknologi terhadap teknologi-teknologi baru yang berwawasan lingkungan ke negara-negara berkembang. Pemerintah negara maju beralasan bahwa hak paten teknologi itu milik swasta, sehingga mereka tidak berwenang mengalihkannya kenagara lain, sedangkan negara berkembang menuntut agar pemerintah di negara maju membeli hak paten teknologi yang bersangkutan dari pihak swasta kemudian mentransfer teknologi ke negara berkembang sebagai bentuk kemitraan dalam mengatasi krisis lingkungan global yang seang terjadi. Usulan yang memang ideal.

Tetapi jika ini dituruti, maka negara maju akan kehilangan devisa yang sangat besar dari hasil ekspor produk tehnologi mereka. Dengan keunggulan sumber daya manusianya dan hasil riset, negara maju akan selalu mempin dalam bidang ekoteknologi dan meraup keuntungan yang besar dari bisnis ini dan seperti halnya yang terjadi di bidang lainnya. Negara dunia ketiga (termasuk negara berkembang) karena sudah terikat komitmen dalam masalah global, mau tidak mau terus mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan negara maju.

Sampai pada KTT bumi yang terakhir di gelar beberapa waktu lalu antar negara maju masing-masing terlihat bersikap oportunis, isu-isu seperti global warning hanyalah menjadi isu-isu dari tahun ketahun yang diangkat negara maju untuk dikampanyekan namun nihil pada kenyataannya ketika berhadapan dengan kebijakkan (kepentingan) tiap negara maju, sehingga yang sering menjadi korban adalah negara berkembang.

Kedua, adalah kecenderungan dari negara maju untuk memindahkan dirty industry ke negara berkembang. Hal ini bahkan didukung oleh salah seorang pejabat senior dari bank dunia. Alasan yang dipakai adalah bahwa negra berkembang memerlukan pengembangan industri yang cepat untuk mengentasan kemiskinan. Mereka berpendapat, jika negara berkembang diberi pilihan antara pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat dengan tingkat pencemaran lingkungan yang rendah, tentu negara ketiga akan memilih yang pertama.

Kasus pestisida adalah salah satu contoh setelah mengetahui bahwa senyawa ini telah menyebabkan punahnya beberapa satwa dan menimbulkan penyakit tertentu, produksinya dihentikan. Apa yang dilakukan negara-negara maju selanjutnya? Apakah memusnahkan senyawa itu? Tidak. Mereka mengirim DDT yang tersisa, bahkan bersama teknologi pembuatannya ke negara-negara berkembang yang menerima dengan tangan terbuka. Seperti juga halnya pada awal tahun 90-an Indonesia mendapat kiriman lemari es yang ada senyawa CFC. Peristiwa ini tidak berbeda dengan ekspor sampah, Cuma dibungkus dengan nama keren yaitu alih teknologi. Memang tidak adil.

Disatu sisi negara maju mendapat keuntungan dari hasil penjualannya, di sisi lain negara dunia ketiga harus membayar mahal dengan kerusakan lingkungan dan bahaya yang lebih di masa depan. Sehingga patut sebagian orang Indonesia meneriakkan kepada mereka “Indonesia is not waste dump!” .

Dari kasus fenomena tersebut kiranya manusia negara yang sedang berkembang lebih berhati-hati dalam masalah alih tehnologi. Mengingat bangsa kita ini (memang) sangat senang terhadap semua barang dari luar negeri, meski tidak semuanya jelek. Belajar dari “alih teknologi” sejak ekspor lemari es mengandung senyawa CFC, angkutan transportasi massa, persenjataan dan alat perang dari negara-negara maju sampai pembangunan PLTN yang masih dalam tahap rencana yang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat kiranya perlu menjadi perhatian kita bersama.

Dalam produk ekoteknologi, misalnya kita harus segera menuntut proses alih tehnologi yang adil. Ini sangat beralasan karena masalah ekologi global adalah tanggungjawab bersama, baik negara maju dan negara berkembang. Sehingga negara maju tidak bisa seenaknya memanfaatkan masalah lingkungan sebagai lahan bisnis baru unutk memeras dana dari negara berkembang. Jika ini berlanjut, maka yang terjadi adalah ketergantungan yang semakin tinggi negara berkembang terhadap negara maju. Sebuah sejarah yang semakin terulang.

Disamping itu juga sikap selektif negara kita harus semakin ditingkatkan. Jangan sampai kiat mengejar keuntungan sesaat tetapi mengabaikan kepentingan yang lebih besardi masa depan. Industri-industri yang sudah berdiri pun harusnya dievaluasi apakah sudah bersahabat dengan lingkungan atau tidak. Jangan-jangan industri yang dibangun besar-besaran dengan menggunakan uang (modal) negara tersebut adalah “sampah ekspor” yang sengaja dibuang negara asalnya karena termasuk dirty industry. Waallahualam bishawab.

* oleh Akhirudin Subkhi, mahasiswa Geografi UNNES, SekBid. Organisasi DPD IMM Jawa Tengah.


Baca selanjutnya...

29 October 2007


Al-Idrisi*
(Seorang Geografer Muslim)



Pada masa perkembangan ilmu di dunia Islam banyak cabang-cabang ilmu yang berkembang sangat pesat dan maju dengan digawangi oleh tokoh-tokoh cendekiawan muslim seperti ibnu Sina, Al Istakhri, Al Mas’udi, Ibnu Khaldun dan Ibnu Batuta. Banyak hasil-hasil karya dari cendekiawan muslim yang menjadi rujukan bagi para ilmuan selanjutnya (yunani dan romawi) dan para ilmuan barat.

Geografi sebagai salah satu ilmu tertua di dunia, dalam perkembangan sejarah ilmunya selalu diidentikkan dengan para tokoh yunani, romawi pada masa lalu dan era kontemporer (renaisance) Italia, Jerman dan Belanda. Nama-nama tokoh geografi seperti Thales (624-548 SM), Aristarchus (310-230 SM), Hipparchus (161-126 SM), Claudius Ptolomaeus (87-150 SM), Eratosthenes (276-196 SM), Strabo (66 SM-24 M) sampai Copernicus (1473-1543), Bernard Vahren, Humboldt dan Ritter. Tentunya masih banyak lagi.

Dari sekian banyak tokoh-tokoh geografi tersebut, sangat sedikit menerangkan dan memperkenalkan tokoh islam yang ahli dalam geografi. Pada hal banyak jasa yang telah dilakukan untuk dunia ilmu pengetahuan umumnya dan geografi pada khususnya. Al-Idrisi adalah salah satu tokoh islam yang ahli dalam ilmu geografi. Dengan nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah Ibn Idris Ash-Sharif atau sering dikenal Al Idrisi. Beberapa sumber menyatakan bahwa beliau lahir di Sabtah, yang saat itu bagian dari kerajaan Almoravid (saat ini negara Spanyol) dan kemungkinan wafat di Sisilia atau Sabtah. Namun ada yang berpendapat pula beliau lahir di Ceuta, Spanyol tahun 1099 masehi.

Al Idrisi menempuh pendidikannya di Cordova. Beliau suka bepergian ke tempat-tempat yang jauh, termasuk Eropa, untuk mengumpulkan data geografi. Seperti kebanyakan geografer muslim di masa Al Idris, telah mampu membuat ukuran permukaan bumi yang akurat. Ketika itu beberapa peta dunia juga telah dibuat, namun tak sesempurna buatan Idrisi. Dari bahan-bahan yang telah dikumpulkannya Al Idrisi mengkombinasikan sendiri temuan-temuannya menjadi sebuah pengetahuan baru. Karyanya banyak menyajikan data komprehensif dari setiap wilayah di dunia. Saat itu Al Idrisi menjadi sangat dikenal dan mulai dilirik oleh kalangan navigator laut Eropa serta kalangan militer.

Karena kekondangannya itu nama Al Idrisi dan kompetensinya di bidang geografi, Raja Roger II, raja Norman dari Sicilia mengundang dan memfasilitasi Al Idrisi untuk membuat peta dunia pada saat itu. Al Idrisi menyanggupi. Peta pesanan sang raja itu diwujudkan Al Idrisi kedalam bentuk bola dunia (globe) seberat 400 kilogram, yang secara cermat memuat pula ketujuh benua dengan rute perdagangannya, danau-danau dan sungai, kota-kota besar, dataran serta pegunungan. Al Idrisi memasukkan pula beberapa informasi tentang jarak, panjang dan ketinggian secara tepat. Bola dunianya itu, oleh Al Idrisi sengaja dilengkapi pula dengan Kitab Al-Rujari (Roger's Book). Karena demikian besar jasanya dalam geografi dan kartografi pula Al Idrisi diangkat sebagai penasehat dan pengajar di Istana raja Roger II pada tahun 1154.

Samping itu Al Idris juga meninggalkan karya-karyanya yang sangat berguna, antara lain pada tahun 1161 buku berjudul Taman Kemanusiaan dan Hiburan Jiwa, tahun 1192 diterbitkan kembali dengan judul Taman Kegembiraan sering disebut sebagai Little Idrise, Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Kesenangan untuk Orang-orang yang Ingin Mengadakan Perjalanan Menembus Berbagai Iklim) yang menjadi sebuah ensiklopedi yang berisi peta secara detil dan informasi lengkap negara-negara Eropa pada saat itu, Rawd-Unnas wa-Nuzhat al-Nafs (Kenikmatan Lelaki dan Kesenangan Jiwa) yang merupakan kompilasi ensiklopedi yang lebih komperhensif dari sebelumnya.

Dan yang paling menakjubkan adalah Al-Idrisi pula yang pertama kali memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi; suatu metode yang baru dikembangkan oleh ilmuwan Barat, Mercator, empat abad kemudian.

Beberapa karyanya telah dialih bahasakan kedalam bahasa latin. Dan selama beberapa abad kemudian menjadi buku yang sangat popular di daratan Eropa. Salah satu bukunya yang telah diterjemahkan, diterbitkan di Roma pada tahun 1619. Terjemahan itu dibuat dalam bentuk kecil, dan sang penerjemah ternyata tak memberi penghargaan kepada Idris. Namanya tidak dicantumkan dalam buku itu. Kasus ini sangat menarik karena sebelumnya orang-orang Eropa butuh beberapa abad untuk membuat bola dunia dan peta dunia sendiri. Sebab Christopher Columbus sendiri menggunakan peta asli yang dibuat oleh Al Idris.

Al Idris meninggal dunia sekitar tahun 1166. Karena jasanya yang besar dalam geografi dan kartografi wajar saja akhir-akhir ini namanya (Idrisi) diabadikan untuk nama perangkat lunak yang dikembangkan Universitas Clark di Worcester (Amerika Serikat) untuk alat bantu analisa geografi, citra digital, kartografi, dan sistem informsi geografis.

* oleh Akhirudin Subkhi, mahasiswa jurusan Geografi FIS UNNES, SekBid. Organisasi DPD IMM Jawa Tengah.



Baca selanjutnya...

20 October 2007



Perjalanan Magelang-Kebumen
(Turba ke IMM Kebumen)


IMMawati doni dah di antar ke tempat nunggu bus, sedangkan saya dan fany masih menunggu bus jurusan Magelang-Purworejo. Pamit sama lukman, bus sudah datang kami pun segera naik, kata IMMawan fany paling perjalanan 1 jam. Diperjalanan karena memang saya baru pertama, saya benar-benar manfaatkan untuk melihat kanan-kiri mengamati kondisi geografis daerah yang menjadi batas kebumen-Purworejo ini. Maklum sangat tertarik. Tapi ternyata perjalanan tak semuanya menyenangkan bus berjalan lama banget, hingga akhirnya kami sampai Purworejo hampir 2 jam-an. Pindah naik angkot jurusan terminal Purworejo (yang katanya terminal baru) letaknya di wilayah barat ibu kota Purworejo, sangat terlihat pemindahan terminal ini dalam rangka pemekaran dan membuat pusat-pusat keramaian baru yang mungkin memang di kota sudah terlalu padat. Saat dijalan kami pun melewati beberapa titik penting Purworejo. Melewati pasar, pusat perkantoran, alun-alun (yang luasnya minta ampun!) plus ikon yang menyertainya, dan tak ketinggalan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) yang di jalan KH. Ahmad Dahlan.

Sampai terminal kami pun ganti bus jurusan Yogyakarta-Purwokerto. Tak seperti perjalanan Magelang-Purworejo perjalanan Purworejo-Kebumen (Gombong) lebih membosankan, terlebih cuaca yang temperaturnya tinggi sehingga sangat melelahkan. Samping kanan-kiri masuk Gombong banyak pembuat kenteng (atap rumah), bata dll. Memang kebumen terkenal dengan produksi tersebut. Sampai- sampai saya dan fany bercanda gimana kalau buka saja. Jam menunjukkan sekitar 13.00 WIB, kalau kondisi cuaca kayak gini lebih enak dan cocok minum sirup marjan warna merah dan dikasih es yang gelasnya itu keluar keringat (akibat dinginnya es). Sekretariat PC IMM Kebumen memang dii kampus STIKES Gombong yang satu kompleks dengan RS PKU Muhammadiyah Gombong. Kami pun akhirnya turun jalan masuk ke kompleks karena memang tepat di kanan jalan raya Kebumen-Gombong. Istirahat menyandarkan tubuh ke kersi panjang dengan sambil ngobrol. Sejuk rasanyabadan diterpa angin yang bertiup. Maklum kondisi dijalan yang seperti tadi. Melihat lemari es dari Coca-cola yang tak jauh dari kami, kami pun saling bercanda kayak gini (panas) minum sperit dingin wah luar biasa enaknya kayak di iklan-iklan Tv. ☺

Saat datang nampaknya para pimpinan lagi ada follow up di dari acara Latihan Instruktur Dasar (LID) yang diadakan beberapa minggu lalu, habis acara selesai kami pun berbincang. Saat berbincang ada yang “aneh” karena bahasa yang digunakan terdengar beda. Ngapak! Tapi tak masalah saya rada paham juga, meski ada beberapa yang gak paham. Dan terdengar “aneh” saat saya bicara pakai bahasa logat orang timur (Semarang yang kental kudus) di mata mereka. Yang ini pentingnya seseorang tau ilmu komunikasi antar budaya atau linguistik cultur.

Ada beberapa hal yang perlu di benahi di IMM Kebumen. Permasalahan banyaknya rangkap jabatan stuktural personel pimpinan, proses pengkaderan yang mulai ditata (dengan mempelopori DAD tidak wajib hanya MASTA yang wajib), belum begitu pahamnya mekanisme organisasi secara meyeluruh, aktivitas pimpinan yang terhalang jadwal akademik kampus sampai eksistensi IMM kebumen baik ke dalam dan keluar. Satu demi kami sama-sama urai, bicarakan, jelaskan, dan sampai coba pecahkan. Tak terasa waktu sudah sore, waktunya berbuka. Kami pun dijamu dengan soto kebumen (kayaknya..) dan sirup orange. Wah lega sekali setelah seharian menempuh perjalanan seperti itu dengan segala macam godaan. Rasanya di dada seperti orang yang menang perang. Luar biasa!

Akhirnya ba’da isya para pimpinan pada pulang, maklum para pimpinan hampir semua orang asli kebumen, sama dengan Magelang, Purworejo,Pekalongan, Klaten dan Blora. Oya, yang menarik lagi dan mengesankan adalah pimpinan disini rasa kekeluargaan yang kuat diantara mereka berbeda dengan cabang lain (?). para pimpinan suka sekali bercanda. Karena orang kesehatan maka bercandanya pun unik dan “aneh” (beda). Semalaman saya dan fanya tidur di sekretariat dengan ditemani nyamuk-nyamuk yang ganas, fany pun tak bisa tidur nyenyak lain dengan saya karena memang lelah cuek aja dengan nyamuk. ☺

Bangun makan sahur dan nonton liga Champion Chelsea vs Valencia dengan skor akhir 2-1 kemenangan Chelsea. Pagi hari saya dan fany pun berpamitan dan berpisah melanjutkan perjalanan masing-masing. Saya pulang ke Semarang, fany ke Purwokerto. Dapat bus jam 06.45 WIB jurusan Purwokerto-Semarang bayar 25 ribu, perjalanan menghabiskan waktu 5 jam. Sampai kost jam 12.50 WIB. Alhamdulillah, akhirnya diberi kekuatan oleh Allah SWT dan mendapat berkah dan pahala yang setimpal. Amin. Wallahualam bishawab.


22 Ramadhan 1428 H/ 4 Oktober 2007



Baca selanjutnya...


Catatan Perjalanan Semarang-Magelang ☺
(Musyawarah Cabang IMM Magelang)


Sekaran. Senin itu, tanggal 1 Oktober 2007 saya merencanakan menuju Magelang. Ada yang harus dikerjakan disana, tepatnya menyelesaikan urusan organisasi Pimpinan Cabang Magelang yang rada tersendat disana sehingga perlu adanya penjelasan dan sebagai fasilitastor. Hari sabtu, tanggal 29 September-nya saya pun mencoba memastikan apakah memang Musyawarah Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Magelang jadi diadakan dengan mengontak Ketua Umum IMM sana yaitu IMMawan Sigit. Alhamdullilah, akhirnya insyallah jadi hanya kurang beberapa persen saja. Acara Musyawarah Cabang IMM Magelang ini memang adalah kesepakatan bersama baik Pimpinan Komisariat (PK), Koordinator Komisariat (KORKOM) dan Pimpinan Cabang (PC) dari pertemuan sebelumnya pertengahan bulan september lalu.

Karena memang acara jadi maka saya segera SMS teman-teman Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang berkepentingan yaitu bidang kader IMMawan zaman, IMMawan reynal dan Korps. Instruktur IMMawati Doni dan tentu saja bidang organisasi IMMawan Fany. Cak nanto pun saya kasih kabar bahwa Musyawarah Cabang IMM Magelang jadi hari selasa. Meski hari selasa Musyawarah Cabang diadakan tapi klau inginnya saya hari senin ada secraning dulu (mengingat memang pertemuan lalu kata teman-teman IMM Magelang perlu ada) yang nanti itu dilakukan bidang kader. saya pun mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Hari itu senin pagi saya sebelum berangkat ke Magelang mencoba meyelesaikan beberapa urusan. Menyelesaikan urusan dengan bu penjaga perpustakaan jurusan untuk mengambil fotocopyan buku yang saya butuhkan. Dan yang satu lagi adalah menyelesaikan legalisir ijazah milik saudara yang di deat-line hari itu juga karena harus kejar waktu untuk sertifikasi katanya. Legalisir di FBS (Fak. Bahasa dan Seni) dan FIP (Fak. Ilmu Pendidikan) untuk ijazah UNNES-nya. Dan legalisir di UT (Kelud raya Kampus IKIP lama). Akhirnya sekitar jam 12an urusan selesai semua. Semua arsip ijazah dan legalisir saya serahkan ke adik untuk nanti diambil oleh seseorang, karena saya hari ini juga ke Magelang jadi tidak mungkin ijazah saya bawa. Kembali ke kost jam menunjukkan sekitar jam 1 siang, sholat dan istirahat dulu sedikit menghela nafas dan merebahkan diri di kasur kamar. Hari itu panas sekali kata orang-orang akibat dari global warning! Jam menunjukkan sekitar jam 14.00 WIB, saya mandi dan siap-siap cheking akhir perlengkapan. Baru keluar kost beberapa meter matahari begitu terasa panas sekali, hingga ada (terkadang) keinginan untuk mengurungkannya. Gimana tidak hari itu puasa je...! data BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Jawa Tengah sejak tanggal 28 September hingga 1 Oktober suhu di Semarang dan kota-kota pantura di jawa tengah sekitar 34°-37°C karena memang disamping adanya global warning juga memang pada kurun waktu itu matahari sedang berada di dekat khatualistiwa sehingga daerah utara jawa tengah lebih panas dari pada daerah selatan, tapi keinginan itu langsung saya hilangkan. Bismilah. Saya pun berangkat. Mampir di PW Muhammadiyah untuk menitipkan kendaraan dan sholat ashar karena memang sudah masuk waktu ashar. Tak lama kemuadian, jalan kaki keluar menuju peterongan untuk menunggu bus jurusan Semarang-Yogya. Tak tau kenapa waktu itu bus yang ditunggu lama sekali munculnya, pada hal cuaca masih panas meski sudah sorean. Saat menunggu bus ada SMS masuk. “Akh, posisi lagi dmn? Mau berangkat jam berapa? Aku sama zaman lagi di banyumanik” SMS dari kang reynal.

Saya balas SMS tersebut. Mereka menawarkan gimana klau enaknya saya juga ke sana dan berangkat bersama. Usulan yang bagus sebenarnya. Tapi saya malas kesananya. Lama telah menunggu bus, akhirnya bus yang dinanti datang juga. Akhirnya pikirku, waktu sudah menunjukkan jam 4-an sore. Cuaca panas bus non AC sangat tidak nyaman. Tapikan murah☺. Saya pun kirim SMS ke kang reynal dan zaman untuk sekalian bareng bus ini aja. Sampai banyumanik, mereka pun tau saya naik bus yang mereka lihat, akhirnya mereka pun juga naik. Kami pun saling sapa, kata zaman kalau saya mau ke banyumanikkan lebih enak, nanti diikutkan yang AC. “Halah” timpalku.percaya zaman kan lagi kaya.

Diperjalanan suasana seperti perjalanan-perjalanan minggu lalu. Karena sore hari samapai bawen dan uangaran bus mulai penuh berjubel orang. Mereka rata-rata adalah para pekerja pabrik. Bus berjalan dengan lambat sekali menambah rasa bosan saya. Terbukti saat berbuka puasa kami baru sampai temanggung. Turun di kebunpolo maunya kami melanjutkan perjalanan dengan naik angkot jalur 6 (biar bisa mampir alun-alun) tapi naiknya malah jalur 2 yang sama-sama sampai UM Magelang (Jl. Tidar) tapi lewat jalan yang berbeda. Sampai di UMM kami pun menyempatkan diri untuk mampir diangkringan (warung nasi kucing) setelah itu baru istirahat. Mampir ke PDM Kota Magelang yang memang ingin ketemu lukman. Lukman ini anak IMM yang bekerja jadi Sekretaris Eksekutif PDM. Ngobrol sebentar dengan teman-teman Cabang, komisariat dan KorKom disana. Tak lama berselang IMMawati doni datang juga. Acara yang sebenarnya jadi agenda bidang kader men-secraning calon pimpinan batal dilakukan karena tidak ada pimpinan yang datang. Jadi gak enak sama zaman dan kang reynal. Dan khawatir juga kalau tidak jadi Musyaawarah Cabang. Berabe..

Otomatis malam dihabiskan dengan ngobrol sana kemari seputar IMM dan Muhammadiyah sampai pengkaderan dan tentu saja sambil main internet, karena di PDM Kota Magelang ada line gratis “mengambil” dari SD Muhammadiyah Alternatif (maklum SD sudah standart Nasional!) yang berada disebelah PDM. Pagi harinya (hari selasa) zaman dan kang reynal pulang duluan karena ingin persiapkan praLokDa pengkaderan di Surakarta tanggal 6-7 Oktober. Tinggal saya dan IMMawati doni.
Karena PDM klau siang ada aktivitas kerja maklum sudah berupa benar-benar kantor (PDM berfungsi sebagai pusat sekretariat, bahkan lebih dari sekedar itu karena mampir tak pernah sepi, klau malam gantian kaum muda yang pada “nongkrong” terkadang hanya untuk sekedar ngobrol dan ketemu teman-teman). Sehingga saya dan IMMawati doni harus menunggu di kamar (tempat singgah) samping masjid PDM. Tidur pulas dan bercerita banyak hal. Agak siangan IMMawan Fany SMS mengabarkan telah sampai di terminal Magelang dan minta tau harus naik apa untuk sampai di kampus UMM (Jl. Tidar), tak lama berselang akhirnya sampai juga dan kami ajak ke tempat stansit.

Sore itu jam menunjukkan 16.30 WIB, belum ada tanda-tanda bahwa Musyawarah Cabang mau dimulai. Kami pun bergegas mempersiapakan diri untuk menuju ke sekretariat kORKOM, ternyata baru saja mulai. Dan baru sesi sharing antara Cabang dan Komisariat. Kami pun lega (akhirnya mulai juga Musycabnya). Kami pun memutuskan untuk keluar sebentar, ngabuburit ceritanya. Melihat suasana dan hiruk pikuk sore hari masyarakat Magelang bersiap berbuka. Mencoba jalan-jalan disekitar kampus sampai akhirnya kami bertiga sampai di sebuah warung siput (Sea Foad). Setelah memesan sebentar ternyata waktu sudah masuk untuk berbuka, tapi kami masih menunggu pesanan karena memang lagi ramai, maklum saatnya orang berbuka. Tiba saatnya kami menikmati pesanan yakni lele penyet. Meski sederhana karena memang melihat kondisi kantong masing-masing, ada yang membuat saya tertarik dan sangat lucu ketika melihat anak kecil yang duduk berada tak jauh dari kami makan begitu lahap, dan begitu sibuk dengan yang sedang dihadapinya yaitu kepiting yang memerah sangat mengiurkan dan menyegarkan klau dilihat. Sangat beruntung kataku dalam hati. Pingin rasanya berbuka dengan keluarga bapak dan ibu seperti adik itu dan memesan semua yang saya suka dan tentu yang akan membayar orang tua, kita tak perlu repot mikir dulu sebelum pesan dan bahkan sampai membayar apa yang kita makan. Huh.... ☺. Demikian memang Allah SWT memberi nikmat kepada sebagian orang dengan reziki dan waktu yang tepat.

Selesai makan kami pun balik ke kampus UMM. Ternyata Musyawarah Cabang dimulai habis isya, kami pun mau gunakan waktu tersebut untuk menemui para pimpinan cabang Magelang sedikit ngobrol tenteng beberapa hal diantaranya membenarkan draf-draf materi, ini dalam rangka untuk pembelajaran . Sekitar jam 19.30 WIB Musyawarah Cabang Magelang pun dimulai. Kami pun bertiga menunggu diluar, tentu sambil mengawasi (nonton) jalannya acara. Acara demi acara berjalan. Pemilihan presidium, pembahasan tatib, laporan pertanggungjawaban PC IMM Magelang, pandangan komisariat terhadap laporan pertanggungjawaban, sidang komisi dan pleno hasil komisi, pembacaan tatib pemilihan sampai pemilihan Ketua Umum. Akhirnya Musyawarah Cabang selesai jam 02.00 WIB, alhamdulillah. Memutuskan beberapa hal untuk kemajuan IMM Magelang kedepan dan terpilih sebagai Ketua Umum adalah IMMawan lukman.

Kami pun balik ke PDM untuk istirahat sebentar karena sahur sebentar lagi. Yang mengasyikkan adalah ketika sahur. Saat sahur kami makan bersama lukman, saya, fany dan doni, makan bersama dengan lauk sate kerbau yang dibeli lukman malam hari dan cumi goreng yang di beli kami saat buka tadi. Wah nyam-nyam....enake’ enak tenan....mak nyus! Selama bulan ramadhan jauh dari rumah ini sahur paling keren.☺ jadi tambah makan banyak.

Tak lama juga sudah waktu subuh, pagi sekitar jam 06.00 WIB kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. IMMawati doni pulang ke Solo. Sedangkan saya dan IMMawan fany pergi ke Kebumen untuk turba (mengkondisikan secara organisasi) dan menyerahkan KTA (kartu tanda anggota) IMM. Sedangkan untuk Solo KTA saya titipkan ke IMMawati doni.

Dari PDM Magelang saya dan fany diantar anak IMM (lupa namanya) jadinya telon, sedangkan doni dengan lukman. Karena kami telon, maka kami pun harus cari jalan yang tidak ada polisinya. Maka kami harus lewat gang “tikus” masuk-keluar gang sempit. Dan klau sampai di pertempatan harus lukman dulu yang didepan karena mau lihat dulu ada polisi atau tidak. Karena itu waktu di depan wakil Wali kota saya harus turun jalan dan menunggu fany dan doni diantar dulu. Tapi gak masalah.

Bersambung.....



Baca selanjutnya...