Bulan Kemerdekaan*
(Sebuah refleksi tiada henti......)
(Sebuah refleksi tiada henti......)
Semua masyarakat Indonesia pasti tahu momen apa yang ada dibulan Agustus. Dibulan Agustuslah bangsa kita me-merdeka-kan diri dari belenggu penjajah, terjadi tepatnya 17 Agustus 61 tahun silam. Entah sebuah seremonial belaka atau tidak kitanya selalu menyambut dengan genggap gembita dengan acara-acara yag biasanya kita sebut 17-an atau orang jawa bilang pitunasan.
Ingat hari kemerdekaan tentu juga teringat para pahlawan-pahlawan kemerdekaan bangsa kita. Karena dari para pahlawan (hero) tersebut kita bisa menikmati hidup ini tanpa desingan peluru, ledakan bom sewaktu-waktu yang dapat membunuh kita, kerja rodi milik belanda maupun romusa milik jepang, tekanan dan penganiayaan fisik maupun mental dll. Ada hal yang menarik ketika kita coba memperhatikan para pahlawan kita itu. Dari sekian banyak jumlah para pahlawan kita itu, ternyata sekitar 80-90% pahlawan (hero) kita itu kalah dalam perjuangannya. Kenal Pangeran Diponegoro, Kyai Sentot, Sultan Hasanudin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Agung Harnyokrokusumo, Imam Bonjol, Tengku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, Cik Diktiro, Cut Muthia, Sisingamanganraja, Pangeran Antasari, Pattimura, Sam Ratulangi, Let.Kol. Wolter Monginsidi, I Gede Ngurahrai, Gajah Mada, R.A. Kartini, sampai Adi Sumarmo, Adi Sucipto, Yos Sudarso dan masih banyak lagi.
Dari semua pahlawan tersebut hampir semua kalah dalam meperjuangkan kemerdekaan meski ketika itu masih bersifat kedaerahan baik dari segi sifat perlawanan dan tujuan yang ingin dituju. Belum lagi ketergantungan pada sosok pemimpin yang sangat kental mengakibatkan perlawanan yang dilakukan padam atau pupus di tengah jalan ketika pemimpin tersebut gugur atau tertangkap dan dibuang oleh penjajah, namun ada yang dibeberapa daerah tetap mengorbankan perlawanan terhadap penjajah sampai titik darah penghabisan. Namun ada yang perlu kita catat bahwa kalah atau menang para pahlawan (hero) kita dalam membela dan memperjuangkan bangsa ini dalam mengidamkan suatu bangsa yang terbebas dari tekanan dan jajahan bangsa lain adalah ’tidak penting’ karena pahlawan (hero) bangsa ini telah mencoba apa yang bisa di perbuat meski itu kalah dan hanya berkutat (sebatas) pada kemerdekaan –terbebasanya- daerahnya masing-masing dari tangan penjajah.
Hal lain yang juga menarik adalah ketika masa jauh pra kemerdekaan sebagian besar anak bangsa membela sejengkal demi jengkal tanah airnya dengan taruhan nyawa, namun ada sebagian kecil anak bangsa ini yang menjadi ’penjilat’ penjajah. Melihat berita dari Seputar Indonesia (RCTI) beberapa hari yang lalu pasukan ini sering disebut pasukan KNIL. Jika dilihat dari data-data yang ada berupa foto-foto, nama yang gugur tertulis di Monumen perang puputan nampak bahwa wajah-wajah yang ada di foto tersebut tidak wajah-wajah orang asing tapi wajah-wajah anak bangsa ini yang memilih untuk membela kepentingan pribadi dari pada kepentingan bangsa. (boro-boro ngomong kapan bangsa ini bisa hidup Merdeka, tapi yang ada gimana mereka bisa hidup enak...). Namun dalam sejarah Nasional pasukan KNIL tidak begitu dibahas lebih banyak di banding yang lain. (Tanya kenapa..?)
Sehingga jika kita melihat sampai saat ini bangsa Indonesia sudah merdeka ke 61 tahun masih banyak hal yang perlu kita kerjakan untuk mengisi kemerdekaan ini yang tidak mudah dalam hal mendapatkannya di banding negara-negara di dunia pada umumnya dan Asia Tenggara pada khususnya (contoh: Malaysia, Brunai, Singapura, Timur-Timur, Philipina) yang ’gratisan’ diberikan dari penjajah. Sebuah perjuangan yang menuntut kita untuk total sampai akhir, tidak hanya harta benda yang menjadi taruhan namun raga dan jiwa pun diberikan hanya untuk sebuah kata yaitu ”MERDEKA !”. Tidaklah pantas ketika kita mengisi kemerdekan bangsa ini hanya dengan memperingati dengan agenda-agenda seremonial belaka pada hanya pada bulan Agustus saja. Namun setelah itu hilang tak berbekas pada bulan-bulan kedepan tanpa semangat dan refleksi kemerdekaan tersebut.
Untukmu kaum muda gelorakan jiwamu isi kemerdekaan...
Bangkitlah Negeriku!
Bangunlah Bangsaku!
Bangkitlah Negeriku!
Bangunlah Bangsaku!
* oleh Akhirudin Subkhi
0 Comments:
Post a Comment
<< Home