Catatanku...

26 September 2006



UNNES dalam "mata" Google eart

Sekaran. Beberapa hari yang lalu diajak teman saya yang sekaligus dosen untuk ke Laboratoriumnya (masih di Kampus UNNES kok...) katanya punya "mainan" baru. Setelah sampai di Lab. jurusannya ternyata di pameri Google Eart, yang katanya bisa liat belahan bumi manapun yang kita mau. Sebagai Geograf (cieh....) tentunya bangga liat penampakan penggunaan lahan yang disajikan dalam Google eart, namun iri juga kenapa malah jurusan lain yang bisa dapat atau memiliki program Google eart. Geografi, sebagai jurusanku malah ketinggalan jauh sekali. masih bangga dengan Sistem Informasi Geografi-nya (SIG) kali...
Pada hal klau mau liat peluang, kemajuan tehnologi sekarang Geografi UNNES bisa lebih maju asal mau. Google Eart bisa untuk bahan latihan mahasiswa atau setidaknya mahasiswa tahu pemetaan tampak atas yang tidak hanya dilihat dari Foto Udara (udah usang lagi...) tahun 90-an yang masih dibanggakan oleh jurusan. Padahal Google Eart udah bisa memetakan sekaran tahun 2004, bayangkan beda sekitar 10 tahunan. Untuk sebuah kota perkembangnya beda banget! Gimana mau progresif!

Baca selanjutnya...

20 September 2006


Bila Aku Jatuh Cinta
Filed under:
Nidji

Bila aku jatuh cinta
aku mendengar nyanyian
1000 dewa dewi cinta
menggema dunia
bila aku jatuh cinta
aku melihat matahari kan datang padaku
dan memelukku dengan sayang

bila aku jatuh cinta
aku melihat sang bulan kan datang padaku
dan menemani aku
melewati dinginnya mimpi
melewati dinginnya mimpi…aa…a…a.
bila aku jatuh cinta… jatuh cinta
bersama dirimupeluk aku…dan ciumlah aku
sayang…

Baca selanjutnya...

GIE
By : Eross Feat OktaIntro

sampaikan pada ibuku
aku pulang terlambat waktu
ku kan menaklukan malam
dengan jalan pikiranku
sampaikan kepada bapakku
aku mencari jalan atas semua
keresahan-keresahan ini
kegelisahan manusia…

retaklah malam yang dingin
tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki malam
tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki keadilan
berbagi waktu dengan alamkau
akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya
hakikah manusia

tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka - teki malam
tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka - teki kea… dil.. an, kea… dil.. an

akan aku telusuri jalan yang setapak ini
s’moga kutemukan jawaban
akan aku telusuri jalan setapak ini
S’moga kutemukan jawaban
Akan aku telusuri jalan setapak ini
S’moga kutemukan jawaban
akan aku telusuri jalan setapak ini
S’moga kutemukan jawaban
Jawaban, jawaban ohh.. oh.. oh

Baca selanjutnya...

09 September 2006


Bulan Kemerdekaan*
(Sebuah refleksi tiada henti......)


Semua masyarakat Indonesia pasti tahu momen apa yang ada dibulan Agustus. Dibulan Agustuslah bangsa kita me-merdeka-kan diri dari belenggu penjajah, terjadi tepatnya 17 Agustus 61 tahun silam. Entah sebuah seremonial belaka atau tidak kitanya selalu menyambut dengan genggap gembita dengan acara-acara yag biasanya kita sebut 17-an atau orang jawa bilang pitunasan.
Ingat hari kemerdekaan tentu juga teringat para pahlawan-pahlawan kemerdekaan bangsa kita. Karena dari para pahlawan (hero) tersebut kita bisa menikmati hidup ini tanpa desingan peluru, ledakan bom sewaktu-waktu yang dapat membunuh kita, kerja rodi milik belanda maupun romusa milik jepang, tekanan dan penganiayaan fisik maupun mental dll. Ada hal yang menarik ketika kita coba memperhatikan para pahlawan kita itu. Dari sekian banyak jumlah para pahlawan kita itu, ternyata sekitar 80-90% pahlawan (hero) kita itu kalah dalam perjuangannya. Kenal Pangeran Diponegoro, Kyai Sentot, Sultan Hasanudin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Agung Harnyokrokusumo, Imam Bonjol, Tengku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, Cik Diktiro, Cut Muthia, Sisingamanganraja, Pangeran Antasari, Pattimura, Sam Ratulangi, Let.Kol. Wolter Monginsidi, I Gede Ngurahrai, Gajah Mada, R.A. Kartini, sampai Adi Sumarmo, Adi Sucipto, Yos Sudarso dan masih banyak lagi.
Dari semua pahlawan tersebut hampir semua kalah dalam meperjuangkan kemerdekaan meski ketika itu masih bersifat kedaerahan baik dari segi sifat perlawanan dan tujuan yang ingin dituju. Belum lagi ketergantungan pada sosok pemimpin yang sangat kental mengakibatkan perlawanan yang dilakukan padam atau pupus di tengah jalan ketika pemimpin tersebut gugur atau tertangkap dan dibuang oleh penjajah, namun ada yang dibeberapa daerah tetap mengorbankan perlawanan terhadap penjajah sampai titik darah penghabisan. Namun ada yang perlu kita catat bahwa kalah atau menang para pahlawan (hero) kita dalam membela dan memperjuangkan bangsa ini dalam mengidamkan suatu bangsa yang terbebas dari tekanan dan jajahan bangsa lain adalah ’tidak penting’ karena pahlawan (hero) bangsa ini telah mencoba apa yang bisa di perbuat meski itu kalah dan hanya berkutat (sebatas) pada kemerdekaan –terbebasanya- daerahnya masing-masing dari tangan penjajah.
Hal lain yang juga menarik adalah ketika masa jauh pra kemerdekaan sebagian besar anak bangsa membela sejengkal demi jengkal tanah airnya dengan taruhan nyawa, namun ada sebagian kecil anak bangsa ini yang menjadi ’penjilat’ penjajah. Melihat berita dari Seputar Indonesia (RCTI) beberapa hari yang lalu pasukan ini sering disebut pasukan KNIL. Jika dilihat dari data-data yang ada berupa foto-foto, nama yang gugur tertulis di Monumen perang puputan nampak bahwa wajah-wajah yang ada di foto tersebut tidak wajah-wajah orang asing tapi wajah-wajah anak bangsa ini yang memilih untuk membela kepentingan pribadi dari pada kepentingan bangsa. (boro-boro ngomong kapan bangsa ini bisa hidup Merdeka, tapi yang ada gimana mereka bisa hidup enak...). Namun dalam sejarah Nasional pasukan KNIL tidak begitu dibahas lebih banyak di banding yang lain. (Tanya kenapa..?)
Sehingga jika kita melihat sampai saat ini bangsa Indonesia sudah merdeka ke 61 tahun masih banyak hal yang perlu kita kerjakan untuk mengisi kemerdekaan ini yang tidak mudah dalam hal mendapatkannya di banding negara-negara di dunia pada umumnya dan Asia Tenggara pada khususnya (contoh: Malaysia, Brunai, Singapura, Timur-Timur, Philipina) yang ’gratisan’ diberikan dari penjajah. Sebuah perjuangan yang menuntut kita untuk total sampai akhir, tidak hanya harta benda yang menjadi taruhan namun raga dan jiwa pun diberikan hanya untuk sebuah kata yaitu ”MERDEKA !”. Tidaklah pantas ketika kita mengisi kemerdekan bangsa ini hanya dengan memperingati dengan agenda-agenda seremonial belaka pada hanya pada bulan Agustus saja. Namun setelah itu hilang tak berbekas pada bulan-bulan kedepan tanpa semangat dan refleksi kemerdekaan tersebut.

Untukmu kaum muda gelorakan jiwamu isi kemerdekaan...
Bangkitlah Negeriku!
Bangunlah Bangsaku!

* oleh Akhirudin Subkhi

Baca selanjutnya...


test....test.....
satu,
dua,
tiga......
dicoba.......


beberapa hari lalu sedih karena harus kehilangan blogku yg aku buat dengan susah payah.
lagian juga kerjain lembur... :-( e....malah terpaksa didelete karena kesalahanku sendiri..
ini blog baru aku semoga bermanfaat lebih progresif lagi.amin.

Baca selanjutnya...